Untuk Info Training, in House Training, Konsultansi, Membangun Sistem (ISPO, ISO Series, OHSAS, SMK3), Kajian, Pendampingan serta Modul untuk Perbaikan dan Peningkatan Kinerja unit di Perusahaan silahkan kirim email alamat berikut: trainingperkebunan@gmail.com

Minggu, 20 Juni 2010

Izin Baru Pabrik Karet Remah Bakal Dihentikan

TEMPO/Arie Basuki

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kementerian Pertanian mengusulkan agar menghentikan sementara pemberian izin bagi pabrik karet remah (crumb rubber) baru lantaran kapasitas terpasang di mesin-mesin industri itu lebih besar ketimbang produksi karet Indonesia.

"Sementara kami tidak memberi izin pembangunan pabrik karet remah baru karena kapasitas pabriknya melebihi jumlah produksi kita," kata Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Achmad Manggabarani di Jakarta, Rabu (2/6).

Menurut Achmad, pemberian izin pabrik karet remah baru tidak akan efektif lagi jika kapasitas sudah lebih tinggi dari produksi. "Ini dilakukan agar terjadi keseimbangan bahan baku. Kalau tidak dikhawatirkan terjadi persaingan yang kurang baik," tuturnya.

Produksi karet Indonesia per tahun sekitar 2,6 hingga 2,7 juta ton. Dari total produksi sekitar 15 persen untuk dalam negeri, dan sedikitnya 300 ribu ton dipakai pihak industri. "Rata-rata untuk crumb rubber atau karet remah," ujar dia.

Sedangkan sisanya dialokasikan untuk ekspor. Biasanya produksi karet banyak digunakan untuk industri ban. Makanya tak heran jika ekspor karet Indonesia banyak ke negara produsen mobil, khususnya di Asia Pasifik seperti Cina dan Taiwan.

Untuk itu pemerintah sedang mengupayakan revitalisasi tanaman karet untuk meningkatkan produktivitas nasional. Upaya itu ditempuh antara lain dengan menyiapkan dana peremajaan dan perluasan 300 ribu hektare perkebunan karet.

"Apalagi harga karet yang terus meningkat hingga di atas US$ 3 per kilogram. Ini bisa memicu petani lebih memelihara pohon karet," katanya. Hal tersebut dapat dilihat di tiga wilayah penghasil karet semacam Jambi, Bengkulu, dan Palembang.

Sehingga diharapkan dalam lima tahun ke depan produksi karet Indonesia bisa terus bertambah. "Kalau produksi lebih besar dari kapasitas, mudah-mudahan perizinan untuk membangun pabrik karet remah bisa dibuka kembali," tuturnya.

Sumber:http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/06/02/brk,20100602-252164,id.html

Training and Consultancy


Training

1. Manajemen Produksi Tanaman Karet
2. Kultur Teknis Karet
3.Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman Karet
4. Peningkatan Kompetensi Teknis dan Manajerial Asisten dan Mandor Tanaman
5.Penerapan dan Kriteria RSPO dan ISPO
6. Sertifikasi Asisten dan Mandor Tanaman

7. Peningkatan Produksi Pabrik Karet (Crumb Rubber, RSS dan Lateks)
8. Manajemen Pemeliharaan Pabrik Karet Berdasarkan Pengendalian Biaya dan Kehandalan Mesin
9.Pengendalian dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Karet
10.Manajemen dan Teknik Pencegahan Kecelakaan Kerja dan Kerusakan Aset Pabrik
11. International Financial Reporting Standards (IFRS) Perusahaan Perkebunan
12.Best Practices Internal Auditing Perusahaan Perkebunan
13.Peningkatan Kompetensi KTU dan ATU Perusahaan Perkebunan.
14.Pengendalian Biaya Perusahaan Perkebunan Karet

Training and Consultancy
1. Training and Technical Assistant for Improvement Rubber Field and Factory
2. Integrited Solution for Developing Excellence Performance of Rubber Field and Factory
3. Advanced Quality System for Rubber Plantation

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *