Maraknya barang substitusi Karet sebagai bahan dasar ban, diperkirakan akan mempengaruhi turunnya harga Karet dunia. Ada kemungkinan industri ban akan mengalihkan penggunaan bahan baku Karet dari Karet alam ke Karet sintetis yang harganya tergantung dari minyak bumi. Perpindahan penggunaan unsur bahan baku itu dapat terjadi jika harga Karet masih berada di atas US$ 3 per kg. Padahal industri ban berharap agar harga Karet alam segera turun dari US$ 3 per kg ke kisaran harga US$ 2- 2,5 per kg agar industri ban khususnya yang ada didalam negeri tetap menyerap Karet alam sebagai bahan baku utama untuk pembuatan ban. Di sisi lain pemerintah di tiga negara eksportir Karet dunia, Indonesia , Malaysia dan Thailand telah menyetujui untuk menentukan harga Karet tetap bertahan di level US$ 3 per kg. Pada transaksi akhir pekan lalu, harga Karet alam di Bursa Komoditi Jepang masih berada di level US$ 3,2 per kg, atau telah turun dibandingkan dengan di Februari di harga US$ 3,3 per kg.
Sebagaimana diketahui, pohon Karet yang menghasilkan daun dan getah sedikit terhalang produksinya oleh musim dingin dan hujan saat ini. Hal ini disebut sebagai musim dengan produktivitas rendah yang biasanya mulai di bulan Februari hingga akhir Maret ini terutama di daerah perkebunan Karet utama di Thailand. Sementara itu, harga Karet mentah di pasaran Kota Nanga Pinoh Kalimantan Barat saat ini kembali stabil, yaitu mencapai Rp 11.000 perkilonya untuk kualitas A. Kenaikan yang cenderung tinggi dibandingkan dengan harga sebelumnya yaitu sampai Rp 2.000 perkilonya, sehingga membuat kecewa sebagian besar masyarakat Melawi yang menggantungkan hidup dari sektor perkebunan Karet ini.
sumber : www.bappebti.go.id