JAKARTA. Posisi produsen karet domestik terjepit. Para pembeli mengambil kesempatan pelemahan pasar karet Indonesia dengan menawar harga jauh di bawah normal. Harga karet produksi domestik hanya ditawar sebesar US$ 125 sen per kilogram (kg). Harga ini lebih rendah dari produk karet dua negara pesaing Indonesia yakni Malaysia dan Thailand. Harga karet kedua negara itu berada di posisi US$ 135 sen per kg.
Kondisi ini membuat produsen karet lokal menahan tidak menjual hasil produksi mereka. Akibatnya, stok karet menumpuk. " Kondisi seperti ini tidak boleh berlarut-larut. Sebab sampai berapa lama produsen bakal bertahan, tentu tak selamanya," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Karet Indonesia, Suharto Honggokusomo kepada KONTAN, Kamis (5/2).
Suharto mengakui, pasar karet domestik maupun ekspor terus melemah. Sebab itu, dari total 120 produsen karet nasional sudah mulai mengurangi produksi. Akibatnya, pada tahun ini produksi karet diprediksi turun sekitar 2% hingga 3% dari total produksi 2008 yang tercatat sebanyak 2,7 juta ton.
Penurunan produksi karet berkaitan erat dengan perkiraan penurunan penjualan kendaraan di dalam negeri. Sebab, karet merupakan bahan baku dari produksi ban kendaraan. Pada 2009, produsen otomotif memperkirakan penurunan penjualan mobil dan motor anjlok 30%. Penjualan mobil turun dari 600.000 unit menjadi 400.000 unit. Demikian pula motor dari 6 juta unit menjadi 4 juta unit.
Sementara untuk pasar ekspor yang antara lain ke Amerika, produsen menghitung bakal terpangkas 25%. Dari total ekspor karet nasional sebanyak 2,4 juta ton pada tahun lalu.
Sebab itu, produsen meminta pemerintah mengambil langkah nyata. Caranya, Departemen Perdagangan (Depdag) mencari solusi agar harga karet domestik tidak anjlok.
Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan produsen karet di Asia, menteri dari tiga negara yang tergabung dalam International Rubber Consortium Limited (IRCo Ltd.) bakal bertemu pada 25 Februari mendatang. "Pertemuan itu antara lain membahas tentang harga dan rencana lain yang dapat menjadi solusi produsen karet ketiga negara," katanya.
Ketua Gapkindo Daud Husni Bastari sebelumnya menjelaskan, para menteri tiga negara telah menggelar pertemuan di Thailand pada 2008 lalu. Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan itu antara lain rencana percepatan peremajaan pohon karet, pelambatan penanaman baru karet, mengurangi intensitas sadapan karet dan koordinasi antar eksportir dan produsen karet di Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, Vietnam dan Kamboja.
sumber : http://www.kontan.co.id/index.php/Bisnis/news/8010/Harga_Karet_Dalam_Negeri_Kian_Tertekan